Selasa, 29 Mei 2012

Rancangan Media Pembelajaran dengan model ASSURE


BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar  Belakang
Pendidikan merupakan sebuah pranata strategis yang keberadaannya sangat dipengaruhi oleh hampir seluruh disiplin ilmu pengetahuan, perkembangan masyarakat, filsafat dan kebudayaan, nilai-nilai agama dan lainnya. Dengan demikian, menurut Abuddin Nata (2009) pendidikan merupakan sebuah pranata yang tugas utamanya menyiapkan umat manusia agar siap dan mampu menghadapi masa depannya. Untuk itu dibutuhkanlah pendidikan yang memberikan kecakapan hidup (life skill), yaitu memberikan keterampilan dan keahlian dengan kompetensi tinggi. Dengan dimilikinya life skill diharapkan nantinya peserta didik dapat bertahan dalam suasana yang selalu akan berubah dan berkembang.
Undang-Undang No.20 tahun 2003 juga menjelaskan tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa: “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”
Terdapat beberapa hal yang perlu diuraikan tentang konsep pendidikan yang terdapat dalam Undang-Undang tersebut. Pertama, pendidikan adalah usaha sadar yang terencana, hal ini berarti proses pendidikan bukanlah proses yang dilaksanakan secara asal-asalan dan untung-untungan, akan tetapi proses yang bertujuan sehingga segala sesuatu yang dilakukan oleh guru dan siswa diarahkan pada pencapaian tujuan. Kedua, Proses yang terencana itu diarahkan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, hal ini berarti pendidikan tidak boleh mengesampingkan proses belajar. Pendidikan tidak semata-mata berusaha untuk mencapai hasil belajar, akan tetapi bagaimana memperoleh hasil atau proses belajar yang terjadi pada diri anak.
Ketiga, suasana belajar dan pembelajaran itu diarahkan agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinya, ini berarti proses pendidikan itu harus berorientasi pada siswa. Pendidikan adalah upaya pengembangan potensi anak didik. Dengan demikian, anak harus dipandang sebagai organisme yang sedang berkembang dan memiliki potensi. Keempat, akhir dari proses pendidikan adalah kemampuan anak memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Hal ini berarti bahwa proses pendidikan berujung pada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak yang sesuai dengan kebutuhan (Sanjaya, 2006: 2-3).
Berdasarkan uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa dalam memberikan pembelajaran pendidik harus bisa menjadikan bagaimana pembelajaran tersebut dapat membentuk peserta didik yang memiliki sikap, kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai itu semua ada beberapa hal yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajarannya yaitu seperti guru harus bisa menggunakan media, metode, strategi, teknik atau pun model pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru adalah model pembelajaran ASSURE yang mana model ini merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik (Smaldino,dkk., 2008:87). Oleh karena itu untuk lebih jelasnya tentang rancangan pembelajaran dengan model ASSURE maka akan penulis uraikan pada pembahasan berikutnya.


B.       Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah selain untuk memenuhi tugas dalam mata kuliah media pembelajaran juga untuk mengetahui tentang model pembelajaran ASSURE beserta tahapan-tahapannya dan juga untuk mengetahui bagaimana membuat Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran dengan model ASSURE menggunakan media pembelajaran yang dipilih.

C.      Manfaat
Berdasarkan latar belakang dan tujuan yang telah diuraikan maka adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu pengetahuan serta agar bisa dijadikan sebagai bahan untuk mengetahui model pembelajaran ASSURE lebih dalam lagi.
 

BAB II
PEMBAHASAN

A.      Teori-Teori Belajar yang Relevan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik.
Gagne dan Briggs ( 1979:3 ) mengungkapkan Pengertian Pembelajaran sebagai suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Pada sisi lain pembelajaran mempunyai pengertian yang mirip dengan pengajaran, tetapi sebenarnya mempunyai konotasi yang berbeda. Dalam konteks pendidikan, guru mengajar agar peserta didik dapat belajar dan menguasai isi pelajaran hingga mencapai sesuatu objektif yang ditentukan (aspek kognitif), juga dapat memengaruhi perubahan sikap (aspek afektif), serta keterampilan (aspek psikomotor) seorang peserta didik, namun proses pengajaran ini memberi kesan hanya sebagai pekerjaan satu pihak, yaitu pekerjaan pengajar saja. Sedangkan pembelajaran menyiratkan adanya interaksi antara pengajar dengan peserta didik.
Pembelajaran yang berkualitas sangat tergantung dari motivasi pelajar dan kreatifitas pengajar. Pembelajar yang memiliki motivasi tinggi ditunjang dengan pengajar yang mampu memfasilitasi motivasi tersebut akan membawa pada keberhasilan pencapaian target belajar. Target belajar dapat diukur melalui perubahan sikap dan kemampuan siswa melalui proses belajar. Desain pembelajaran yang baik, ditunjang fasilitas yang memandai, ditambah dengan kreatifitas guru akan membuat peserta didik lebih mudah mencapai target belajar.
Teori belajar merupakan landasan utama dalam desain pembelajaran. Teori belajar memberikan landasan kuat tehadap kajian bagaimana seorang individu belajar. Landasan tersebut dijadikan sebagai titik tolak untuk merancang desain pembelajaran. Berikut akan diuraikan beberapa teori belajar yang dapat digunakan sebagai landasan dalam merancang pembelajaran diantaranya adalah sebagai berikut:
1.    Teori Belajar Behavioristik
Teori behavioristik merupakan sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Kemudian teori ini berkembang menjadi aliran psikologi belajar yang berpengaruh terhadap pengembangan teori pendidikan dan pembelajaran yang dikenal sebagai aliran behavioristik. Aliran ini menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Aliran ini diperkenalkan oleh beberapa ahli seperti Jhon B Watson, Ivan Pavlov, BF Skinner, El Thorndike, Bandura dan Tolman (Ratna Willis, 2011: 17).
Behaviorisme menganggap bahwa belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon (Slavin, 2000: 143). Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh siswa (respon) harus dapat diamati dan diukur. Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement) maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/ dihilangkan (negative reinforcement) maka respon juga semakin lemah (Darmansyah, 2010: 131).

2.      Teori Belajar Kognitif
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan. Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan. Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa. Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.
Teori belajar kognitif lebih mementingkan proses belajar daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak sekedar melibatkan hubungan antara stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman. Perubahan persepsi dan pemahaman tidak selalu berbentuk perubahan tingkah laku yang bisa diamati (Agus Salim, 2010).

3.      Teori Belajar Konstrktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut model konstruktivisme memandang subyek aktif menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan. Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya. Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah. Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi (Martinis Yamin, 2008: 2).
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses pembelajaran siswalah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukannya guru atau orang lain. Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar siswa secara aktif ini perlu dikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Pengetahuan dalam pengertian konstruktivisme tidak dibatasi pada pengetahuan yang logis dan tinggi. Pengetahuan di sini juga dapat mengacu pada pembentukan gagasan, gambaran, pandangan akan sesuatu atau gejala sederhana. Dalam konstruktivisme, pengalaman dan lingkungan kadang punya arti lain dengan arti sehari-hari. Pengalaman tidak harus selalu pengalaman fisik seseorang seperti melihat, merasakan dengan indranya, tetapi dapat pula pengalaman mental yaitu berinteraksi secara pikiran dengan suatu obyek. Dalam konstruktivisme siswa sendiri yang aktif dalam mengembangkan pengetahuan.

B.       Teori Tentang Media Pemmbelajaran
Media berasal dari bahasa Yunani yang merupakan bentuk jamak dari kata medium yang berarti perantara atau pengantara. Media memiliki pengertian yang beragam, namun pada intinya media adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyampaikan informasi/pesan yang disampaikan pengirim (komunikator) kepada penerima (komunikan) dengan tujuan tertentu.
Bila dikaitkan dengan dunia pendidikan atau pembelajaran yang sering disebut dengan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar yang disengaja, bertujuan, dan terkendali.
Gerlach & Ely mengatakan bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi, yang menyebabkan siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Jadi menurut pengertian ini, guru, teman sebaya, buku teks, lingkungan sekolah dan luar sekolah, bagi seorang siswa merupakan media. Pengertian ini sejalan dengan batasan yang disampaikan oleh Gagne (1985), yang menyatakan bahwa media merupakan berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsang untuk belajar.
Dengan demikian media pembelajaran merupakan alat bantu yang berfungsi untuk menjelaskan sebagian dari keseluruhan program pembelajaran yang sulit dijelaskan secara verbal. Materi pembelajaran akan lebih mudah dan jelas jika dalam pembelajaran menggunakan media pembelajaran. Maka media pembelajaran tidak untuk menjelaskan keseluruhan materi pelajaran, tetapi sebagian yang belum jelas saja. Ini sesuai fungsi media yaitu sebagai penjelas pesan.
Kemudian efektivitas proses belajar mengajar (pembelajaran) sangat dipengaruhi oleh faktor metode dan media pembelajaran yang digunakan. Keduanya saling berkaitan, di mana pemilihan metode tertentu akan berpengaruh terhadap jenis media yang akan digunakan. Dalam arti bahwa harus ada kesesuaian di antara keduanya untuk mewujudkan tujuan pembelajaran. Walaupun ada hal-hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemilihan media, seperti: konteks pembelajaran, karakteristik pebelajar, dan tugas atau respon yang diharapkan dari pebelajar (Arsyad, 2002). Sedangkan menurut Criticos (1996), tujuan pembelajaran, hasil belajar, isi materi ajar, rangkaian dan strategi pembelajaran adalah kriteria untuk seleksi dan produksi media. Dengan demikian, penataan pembelajaran (iklim, kondisi, dan lingkungan belajar) yang dilakukan oleh seorang pengajar dipengaruhi oleh peran media yang digunakan.
Media pembelajaran telah menjadi bagian integral dalam pembelajaran. Bahkan keberadaannya tidak bisa dipisahkan dalam proses pembelajaran di sekolah. Hal ini telah dikaji dan diteliti bahwa pembelajaran yang menggunakan media hasilnya lebih optimal. Walter Mc Kenzie (2005: 45) dalam bukunya “Multiple Intelligences and Instructional Technology” mengatakan, media memiliki peran penting dalam pembelajaran di kelas, yang mempengaruhi kualitas dan keberhasilan pembelajaran. Dalam bagian ini dipaparkan berbagai fungsi media dalam pembelajaran.
Pada mulanya media hanya berfungsi sebagai alat bantu visual dalam kegiatan pembelajaran, yaitu berupa sarana yang dapat memberikan pengalaman visual kepada siswa antara lain untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep yang kompleks dan abstrak menjadi lebih sederhana, konkrit, serta mudah difahami. Dengan demikian media dapat berfungsi untuk mempertinggi daya serap atau retensi belajar siswa terhadap materi pembelajaran (Miarso, 1986: 49).
Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan berpengaruh secara psikologis kepada siswa (Hamalik, 1986). Selanjutnya diungkapkan bahwa penggunaan media pengajaran akan sangat membantu keefektifan proses pembelajaran dan penyampaian informasi (pesan dan isi pelajaran) pada saat itu. Kehadiran media dalam pembelajaran juga dikatakan dapat membantu peningkatan pemahaman siswa, penyajian data/informasi lebih menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, dan memadatkan informasi. Jadi dalam hal ini dikatakan bahwa fungsi media adalah sebagai alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar.
Sadiman, dkk (1990) menyampaikan fungsi media (media pendidikan) secara umum, adalah sebagai berikut: (1) memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat visual; (2) mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera, misal objek yang terlalu besar untuk dibawa ke kelas dapat diganti dengan gambar, slide, dsb., peristiwa yang terjadi di masa lalu bisa ditampilkan lagi lewat film, video, fota atau film bingkai; (3) meningkatkan kegairahan belajar, memungkinkan siswa belajar sendiri berdasarkan minat dan kemampuannya, dan mengatasi sikap pasif siswa; dan (4) memberikan rangsangan yang sama, dapat menyamakan pengalaman dan persepsi siswa terhadap isi pelajaran.
Dengan menggunakan istilah media pengajaran, Sudjana dan Rivai (1992) mengemukakan beberapa manfaat media dalam proses belajar siswa, yaitu: (1) dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa karena pengajaran akan lebih menarik perhatian mereka; (2) makna bahan pengajaran akan menjadi lebih jelas sehingga dapat dipahami siswa dan memungkinkan terjadinya penguasaan serta pencapaian tujuan pengajaran; (3) metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata didasarkan atas komunikasi verbal melalui kata-kata; dan (4) siswa lebih banyak melakukan aktivitas selama kegiatan belajar, tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati, mendemonstrasikan, melakukan langsung, dan memerankan.
Berdasarkan atas beberapa fungsi media pembelajaran yang dikemukakan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar memiliki pengaruh yang besar terhadap alat-alat indera. Terhadap pemahaman isi pelajaran, secara nalar dapat dikemukakan bahwa dengan penggunaan media akan lebih menjamin terjadinya pemahaman yang lebih baik pada siswa. Pebelajar yang belajar lewat mendengarkan saja akan berbeda tingkat pemahaman dan lamanya “ingatan” bertahan, dibandingkan dengan pebelajar yang belajar lewat melihat atau sekaligus mendengarkan dan melihat. Media pembelajaran juga mampu membangkitkan dan membawa pebelajar ke dalam suasana rasa senang dan gembira, di mana ada keterlibatan emosianal dan mental. Tentu hal ini berpengaruh terhadap semangat mereka belajar dan kondisi pembelajaran yang lebih hidup, yang nantinya bermuara kepada peningkatan
Beberapa ahli yang lain seperti Gagne, Briggs, Edling, dan Allen, membuat taksonomi media dengan pertimbangan yang lebih berfokus pada proses dan interaksi dalam belajar, ketimbang sifat medianya sendiri. Gagne misalnya, mengelompokkan media berdasarkan tingkatan hirarki belajar yang dikembangkannya. Menurutnya, ada 7 macam kelompok media seperti: benda untuk didemonstrasikan, komunikasi lisan, media cetak, gambar diam, gambar gerak, film bersuara, dan mesin belajar. Briggs mengklasifikasikan media menjadi 13 jenis berdasarkan kesesuaian rangsangan yang ditimbulkan media dengan karakteristik siswa. Ketiga belas jenis media tersebut adalah: objek/benda nyata, model, suara langsung, rekaman audio, media cetak, pembelajaran terprogram, papan tulis, media transparansi, film bingkai, film (16 mm), film rangkai, televisi, dan gambar (grafis).
Dengan demikian media pembelajaran digunakan dalam rangka upaya peningkatan atau mempertinggi mutu proses kegiatan belajar mengajar. Oleh karena ituharus diperhatikan prinsip-prinsip penggunaannya yang antara lain:
1.      Penggunaan media pengajaran hendaknya dipandang sebagai bagian yang integral dari suatu sistem pengajaran dan bukan hanya sebagai alat bantu yang berfungsi sebagai tambahan yang digunakan bila dianggap perlu dan hanya dimanfaatkan sewaktu-waktu dibutuhkan.
2.      Media pengajaran hendaknya dipandang sebagai sumber belajar yangdigunakan dalam usaha memecahkan masalah yang dihadapi dalamproses belajar mengajar.
3.      Guru hendaknya benar-benar menguasai teknik-teknik dari suatumedia pengajaran yang digunakan.
4.      Guru seharusnya memperhitungkan untung-ruginya pemanfaatan suatumedia pembelajaran.
5.      Penggunaan media pembelajaran harus diorganisir secara sistematisbukan
sembarang menggunakannya.



BAB III
PENGGUNAAN MEDIA DENGAN MODEL ASSURE

A.      Pembelajan dengan Model ASSURE
Model merupakan salah satu cara yang dapat digunakan guru sebelum pembelajaran itu dilakukan, sehingga nantinya pembelajaran dapat berjalan dengan efektif, maksimal dan tepat. jadi ASSURE model memberikan kemudahan atau cara untuk membantu guru dalam mempersiapkan pembelajaranya agar menjadi lebih terarah dan menuju pada sasaran yang tepat dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.
Model ASSURE merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik (Smaldino, dkk.,2008:87). Pembelajaran dengan menggunakan model ASSURE mempunyai beberapa tahapan yang dapat membantu terwujudnya pembelajaran yang efektif dan bermakan bagi peserta didik. Tahapan tersebut menurut Smaldino adalah sebagai berikut:
1.    Analyze Learner  (Analisis Pembelajar)
Tujuan utama dalam menganalisa termasuk pendidik dapat menemui kebutuhan belajar siswa yang urgen sehingga mereka mampu mendapatkan tingkatan pengetahuan dalam pembelajaran secara maksimal. Analisis pembelajar meliputi tiga faktor kunci dari diri pembelajar yang meliputi :
a.       General Characteristics (Karakteristik Umum)
Karakteristik umum siswa dapat ditemukan melalui variable yang konstan, seperti, jenis kelamin, umur, tingkat perkembangan, budaya dan faktor sosial ekonomi serta etnik. Semua variabel konstan tersebut, menjadi patokan dalam merumuskan strategi dan media yang tepat dalam menyampaikan bahan pelajaran.
b.      Specific Entry Competencies ( Mendiagnosis kemampuan awal pembelajar)
Penelitian yang terbaru menunjukkan bahwa pengetahuan awal siswa merupakan sebuah subyek patokan yang berpengaruh dalam bagaimana dan apa yang dapat mereka pelajari lebih banyak sesuai dengan perkembangan psikologi siswa (Smaldino dari Dick,carey& carey,2001). Hal ini akan memudahkan dalam merancang suatu pembelajaran agar penyamapain materi pelajaran dapat diserap dengan optimal oleh peserta didik sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
c.       Learning Style (Gaya Belajar
Gaya belajar yang dimiliki setiap pembelajar berbeda-beda dan mengantarkan peserta didik dalam pemaknaan pengetahuan termasuk di dalamnya interaksi dengan dan merespon dengan emosi ketertarikan terhadap pembelajaran. Terdapat tiga macam gaya belajar yang dimiliki peserta didik, yaitu: (1) gaya belajar visual (melihat) yaitu dengan lebih banyak melihat seperti membaca (2) gaya belajar audio (mendengarkan), yaitu belajar akan lebih bermakna oleh peserta didik jika pelajarannya tersebut didengarkan dengan serius, (3) gaya belajar kinestetik (melakukan), yaitu pelajaran akan lebih mudah dipahami oleh peserta didik jika dia sudah mempraktekkan sendiri.

2.      STATE STANDARDS AND OBJECTIVES (Menentukan Standard Dan Tujuan)
Tahap selanjutnya dalam ASSURE model adalah merumuskan tujuan dan standar. Dengan demikian diharapkan peserta didik dapat memperoleh suatu kemampuan dan kompetensi tertentu dari pembelajaran. Dalam merumuskan tujuan dan standar pembelajaran perlu memperhatikan dasar dari strategi, media dan pemilihan media yang tepat.


a.         Pentingnya Merumuskan Tujuan dan Standar dalam Pembelajaran
Dasar dalam penilaian pembelajaran ini menujukkan pengetahuan dan kompetensi seperti apa yang nantinya akan dikuasai oleh peserta didik. Selain itu juga menjadi dasar dalam pembelajaran siswa yang lebih bermakna. Sehingga sebelumnya peserta didik dapat mempersiapkan diri dalam partisipasi dan keaktifannya dalam pembelajaran. Ada beberapa alasan mengapa tujuan perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran seperti yang dijelaskan oleh Wina Sanjaya (2008 : 122-123) berikut ini:
1)   Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektifitas keberhasilan proses pembelajaran.
2)   Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan belajar siswa
3)   Tujuan pembelajaran dapat membantu dalam mendesain sistem pembelajaran
4)   Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran.

b.      Tujuan Pembelajaran yang Berbasis ABCD
Menurut Smaldino, dkk., setiap rumusan tujuan pembelajaran ini haruslah lengkap. Kejelasan dan kelengkapan ini sangat membantu dalam menentukan model belajar, pemanfaatan media dan sumber belajar berikut asesmen dalam KBM.  Rumusan baku ABCD tadi dijabarkan sebagai berikut:
1.      A = audience
Pembelajar atau peserta didik dengan segala karakterisktiknya. Siapa pun peserta didik, apa pun latar belakangnya, jenjang belajarnya, serta kemampuan prasyaratnya sebaiknya jelas dan rinci.


2.      B = behavior
Perilaku belajar yang dikembangkan dalam pembelajaran. Perlaku belajar mewakili kompetensi, tercermin dalam penggunaan kata kerja. Kata kerja yang digunakan biasanya kata kerja yang terukur dan dapat diamati.
3.      C = conditions
Situasi kondisi atau lingkungan yang memungkinkan bagi pebelajar dapat belajar dengan baik. Penggunaan media dan metode serta sumber belajar menjadi bagian dari kondisi belajar ini. Kondisi ini sebenarnya menunjuk pada istilah strategi pembelajaran tertentu yang diterapkan selama proses belajar mengajar berlangsung.
4.      D = degree
Persyaratan khusus atau kriteria yang dirumuskan sebagai dibaku sebagai bukti bahwa pencapaian tujuan pembelajaran dan proses belajar berhasil. Kriteria ini dapat dinyatakan dalam presentase benar (%), menggunakan kata-kata seperti tepat/benar, waktu yang harus dipenuhi, kelengkapan persyaratan yang dianggap dapat mengukur pencapaian kompetensi. Ada empat kategori pembelajaran.
3.      Select Strategies, Technology, Media, And Materials (Memilih, Strategi, Teknologi, Media dan Bahan ajar)
Langkah selanjutnya dalam membuat pembelajaran yang efektif adalah mendukung pemblajaran dengan menggunakan teknologi dan media dalam sistematika pemilihan strategi, teknologi dan media dan bahan ajar.
a.         Memilih Strategi Pembelajaran
Pemilihan strategi pembelajarn disesuaikan dengan standar dan tujuan pembelajaran. Selain itu juga memperhatikan gaya belajar dan motivasi siswa yang nantinya dapat mendukung pembelajaran. Strategi pembelajaran dapat mengandung ARCS model (Smaldino dari Keller,1987). ARCS model dapat membantu strategi mana yang dapat membangun  Attention  (perhatian) siswa, pembelajaran berhubungan yang Relevant dengan keutuhan dan tujuan, Convident, desain pembelajaran dapat membantu pemaknaan pengetahuan oleh siswa dan Satisfaction dari usaha belajar siswa. Strategi pembelajaran dapat terlebih dahulu menentukan metode yang tepat.
b.         Memilih Teknologi dan Media yang sesuai dengan Bahan Ajar
Menurut Gerlach, media bukan hanya berupa alat atau bahan saja, tetapi hal-hal lain yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengetahuan. Media itu meliputi orang, bahan, peralatan atau kegiatan yang menciptakan kondisi yang memungkinkan siswa memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Bentuk media adalah bentuk fisik dimana sebuah pesan digabungkan dan ditampilkan. Bentuk media meliputi, sebagai contoh, diagram (gambar diam dan teks) slide ( gambar diam lewat proyektor) video (gambar bergerak dalam TV), dan multimedia komputer (grafik, teks, dan barang bergerak dalam TV) Setiap media itu mempunyai kekuatan dan batasan dalam bentuk tipe dari pesan yang bisa direkam dan ditampilkan. Memilih sebuah bentuk media bisa menjadi sebuah tugas yang kompleks-merujuk kepada cakupan yang luas dari media yang tersedia, keanekaragaman siswa dan banyak tujuan yang akan dicapai. Memilih format media dan sumber belajar yang disesuaikan dengan pokok bahasan atau topik. Peran media pembelajaran menurut Smaldino yaitu:
1)      Memilih , Mengubah, dan Merancang Materi
2)      Memilih Materi yang tersedia
3)      Melibatkan Spesialis Teknologi/Media
4)      Menyurvei Panduan Referensi Sumber dan Media
5)      Mengubah Materi yang ada
6)      Merancang Materi Baru
4.      Utilize Technology, Media And Materials (Menggunakan Teknologi, Media dan Bahan Ajar)
Sebelum memanfaatkan media dan bahan yang ada, sebaiknya  mengikuti langkah-langkah seperti dibawah ini,yaitu:
a.       Mengecek bahan (masih layak pakai atau tidak)
b.      Mempersiapkan bahan
c.       Mempersiapkan lingkungan belajar
d.      Mempersiapkan pembelajar
e.       Menyediakan pengalaman belajar (terpusat pada pengajar atau pembelajar)
f.       Preview materi, pendidik harus melihat dulu materi sebelum mennyampaikannya dalam kelas dan selama proses pembelajaran pendidik harus menentukan materi yang tepat untuk audiens dan memperhatikan tujuannya.
g.      Siapkan bahan, pendidik harus mengumpulkan semua materi dan media yang dibutuhkan pendidik dan peserta didik. Pendidik harus menentukan urutan materi dan penggunaan media. Pendidik harus menggunakan media terlebih dahulu untuk memastikan keadaan media.
h.      Siapkan lingkungan, pendidik harus mengatur fasilitas yang digunakan peserta didik dengan tepat dari materi dan media sesuai dengan lingkungan sekitar.
i.        Peserta didik, memberitahukan peserta didik tentang tujuan pembelajaran. Pendidik menjelaskan bagaimana cara agar peserta didik dapat memperoleh informasi dan cara mengevaluasi materinya.
j.        Memberikan pengalaman belajar, mengajar dan belajar harus menjadi pengalaman. Sebagai guru kita dapat memberikan pengalaman belajar seperti : presentasi di depan kelas dengan projector, demonstrasi, latihan, atau tutorial materi.

5.      Require Learner Parcipation (Mengembangkan Partisipasi Peserta Didik)
Tujuan utama dari pembelajaran adalah adanya partisipasi siswa terhadap materi  dan media yang kita tampilkan. Seorang guru pada era teknologi sekarang dituntut untuk  memiliki pengalaman dan praktik menerapkan, menganalisis, mensintesis, dan mengevaluasi ketimbang sekedar memahami dan member informasi kepada siswa. Ini sejalan dengan gagasan konstruktivis bahwa belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman yang autentik, diman para siswa akan menerima umpan balik informative untuk mencapai tujuan mereka dalam belajar.

6.      Evaluate And Revise (Mengevaluasi dan Merevisi)
Penilaian dan perbaikan adalah aspek yang sangat mendasar untuk mengembangkan kualitas pembelajaran. Penilaian dan perbaikan dapat berdasarkan dua tahapan yaitu:
a.       Penilaian Hasil Belajar Siswa,
1)      Penilaian Hasil Belajar Siswa yang Otentik,
2)      Penilaian Hasil Belajar Portofolio
3)      Penilaian Hasil Belajar yang Tradisional / Elektronik.
4)      Menilai dan Memperbaiki Strategi, teknologi dan Media
5)      Revisi Strategi, Teknologi, dan Media.
Ada beberapa fungsi dari evaluasi antara lain:
a.    Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa.
b.    Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan.
c.    Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program kurikulum.
d.   Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan siswa secara individual dalam mengambil keputusan.
e.    Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan tujuan khusus yang ingin dicapai
f.     Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk orang tua, guru, pengembang kurikulum, pengambil kebijakan.
B.       Rancangan Penggunaan Media Dengan menggunakan Model ASSURE
SATUAN ACARA PERKULIAHAN (SAP)
Mata Kuliah  : Ilmu Pendidikan Islam
I.         INDENTITAS MATA KULIAH
Mata Kuliah                                 : Ilmu Pendidikan Islam
Beban SKS                                  : 2 SKS
Jurusan/fakulas                             : Pendidikan Agama Islam /Tarbiyah
Dosen Pembina                            : Rezki Amelia, S. PdI.
II.      TUJUAN MATA KULIAH
Mata kuliah ini membahas tentang berbagai pandangan tentang manusia dalam sistem pendidikan Islam dengan berbagai komponennya, sistem pendidikan Islam di Indonesia, demokrasi dan Inovasi pendidikan Islam.
III.   KOMPETENSI
Mahasiswa dapat memahami berbagai teori tentang pendidikan Islam, sistem pendidikan Islam serta dapat mengaplikasikan teori-teori pendidikan Islam tersebut.
IV.    INDIKATOR
1.      Mahasiswa mampu menjelaskan berbagai pandangan ilmiah terhadap manusia dan pandangan Islam
2.      Mahasiswa mampu menjelaskan sistem pendidikan Islam dan sistem pendidikan Islam di Indonesia
3.      Mahaiswa mampu menjelaskan berbagai komponen pendidikan Islam serta demokrasi dan inovasi pendidikan Islam
4.      Mahasiswa mampu mempraktekkan teori-teori pendidikan Islam di lembaga Pendidikan Islam
5.      Mahasiswa merasa bangga memiliki teoi pendidikan Islam dan mengutamakan pendidikan Islam dari pendidikan lainnya.
V.      Sistem Perkuliahan
1.    Perkuliahan dilaksanakan dengan metode diskusi
2.    Mahasiswa dilatih berfikir kritis, analitis, rasional, terbuka, bebas, mendalam dan mandiri
3.    Setiap mahasiswa diwajibkan membuat makalah dan mepertanggung jawabkannya dalam diskusi
VI.   TEKNOLOGI DAN MEDIA
1.    Komputer
2.    Whiteboard
3.    proyektor
VII.  Kegiatan Pembelajaran
1.    Kegiatan Awal
Dosen pembina membuka kegiatan dengan meninjau materi yang lalu. Kemudian menyampaikan tujuan kegiatan perkuliahan dan mencek kehadiran pebelajar dari komentar pada saat perkuliahan berlangsung.
2.    Kegiatan inti
a.    Ekplorasi
Pebelajar diminta mempelajari materi pada Ilmu Pendidikan Islam dan  berkomentar pada proses pembelajaran tersebut.

b.    Elaborasi
Setiap mahasiswa memperhatikan hal yang menjadi pembicaraan dalam diskusi. Mengali sedalam-dalamnya tentang Ilmu Pendidikan Islam.
c.    Konfirmasi
Berdasarkan komentar pada saat pembelajaran dan pembahasan di saat terjadi diskusi yang membutuhkan pencerahan, maka akan diluruskan oleh dosen pembina
3.    Kegiatan penutup
Dosen pembina menutup kegiatan perkuliahan dengan mengingatkan untuk aktif pada pembahasan Ilmu Pendidikan Islam dan menyiapkan bahasan pertemuan selanjutnya serta memberikan tugas.
VIII.          Penilaian
1.       Tampilan makalah                          15%
2.      Ujian Tengah Semester                    30%
3.      Rancangan dan presentase                 45 %
4.      Kehadiran                                       10 % (kehadiran dihitung 100% dengan ketidakhadiran sebanyak 2 kali)
IX.         Evaluasi
1.    Sasaran dan objek
a. Partisipasi dan kontribusi dalam diskusi
b.  Makalah yang disusun mahasiswa
c.  Ujian mid dan akhir semester
2.    Teknik evaluasi disesuaikan dengan objek dan materi yang akan dievaluasi
X.            Sumber Bacaan : Buku-buku yang berkaitan dengan pendidikan Islam

C.      Kesimpulan
Dalam memberikan pembelajaran pendidik harus bisa menjadikan bagaimana pembelajaran tersebut dapat membentuk peserta didik yang memiliki sikap, kecerdasan dan keterampilan sesuai dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai itu semua ada beberapa hal yang bisa digunakan guru dalam proses pembelajarannya yaitu seperti guru harus bisa menggunakan media, metode, strategi, teknik atau pun model pembelajaran yang dapat mendukung proses pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dipakai oleh guru adalah model pembelajaran ASSURE yang mana model ini merupakan suatu rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih efektif dan  bermakna bagi peserta didik.

 
KEPUSTAKAAN

Dewi Salma Prawira dilaga & Eveline Siregar (2004) : Mozaik Teknologi Pembelajaran. Jakarta : Predana Media
 Effendi, Onong Uchjana. 1993. Televisi Siaran Teori dan Praktek. Bandung: Mandar Maju
 Kuswandi, Wawan. 1996. Komunikasi Massa Sebuah Analisis Media Televisi. Jakarta: Rineka Cipta
 Miarso, Yusufhadi. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana
Nasution, Teknologi Pendidikan, Jakarta, Bumi Aksara, 2008.
Rohani, Ahmad. 1994. Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta
Ratna Wilis Dahar. 2011. Teori-teori Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Erlangga
Sardiman. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta. Raja Grafindo Persada.
Smaldino, Sharon E, dkk. 2007. Instructional Technology And Media For Learning Ninth edition. New Jersey Columbus, Ohio: PEARSON Merrill Prentice Hall
Snelbecker E. Glen. (1974). Learning Theory Instructional Theory. USA: McGraw-Hill, inc
Tompo, Rusdin. 2007. Panduan Praktis Menonton Sehat Untuk Orangtua. Makassar: PT. Umitoha Ukhuwah Grafika