PEMBELAJARAN KONSEP
A.
Pendahuluan
Pada dasarnya manusia mempunyai kapasitas untuk menggeneralisasikan
suatu yang telah mereka pelajari ke dalam situasi baru, yang kemudian membantu
mereka mempelajari konsep. Konsep tersebut memberikan suatu kemantapan kepada
manusia untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran konsep
memberikan peluang kepada manusia untuk berada di atas keragaman dan
ketidakterbatasan lingkungan dan memperlakukan peristiwa-peristiwa yang
memiliki properti yang sama sebagai suatu kelompok.
Pengembangan dan pemantapan konsep memakan waktu yang lama. Pada
mulanya mungkin seseorang memiliki konsep yang besar atau secara umum tentang sesuatu atau sebuah peristiwa, dan
memiliki konep dan persiapan yang jelas terhadap sesuatu yang lain. Konsep yang
bersifat umum, besar dan masih kabur tersebut dalam jangka waktu tertentu
berubah ke arah yang lebih khusus karena pengalaman dan proses belajar. Atau
sebaliknya mungkin seseorang memahami konsep yang terlalu tajam dan sempit
tentang sesuatu. Kemudian berubah dan meluas karena adanya pengalaman, latihan,
atau ilmu pengetahuan baru. Jadi salah satu tujuan penting dari pendidikan
formal adalah pengajaran konsep-konsep dasar untuk membuat manusia mampu
berfungsi di dalam masyarakat, dan mengajarkan bahwa konsep-konsep tersebut
dapat berubah, diperbaharui, dan diperbaiki berdasarkan ilmu pengetahuan dan
pengalaman baru.
B.
Hakikat Pembelajaran Konsep
Secara formal pembelajaran konsep mengacu kepada semua kegiatan
diamana si pelajar harus belajar mengelompokkan dua atau lebih objek atau
peristiwa yang agak berbeda ke dalam satu kategori. Pembelajaran konsep
mencakup belajar membuat respon yang sama atau berkelompok terhadap sekelompok
stimulus yang memiliki bentuk atau properti yang sama. Konsep itu sendiri
merupakan basis atau dasar kognitif untuk memberikan label, kategori atau
istilah pada sesuatu, ang pada gilirannya merujuk pada sejumlah contoh yang
spesifik. Secara umum konsep mengacu pada seperangkat bentuk atau atribut yang
memiliki satu atau lebih properti secara bersama yang dikaitkan dengan suatu
aturan.
Ada perbedaan antara pembelajaran konsep dengan pembelajaran
asosiasi berpasangan. Pembelajaran asosiasi berpasangan menghendaki pembelajaran
respon tertentu terhadap suatu stimulus, jadi rasio antara stimulus dan respon
adalah satu-satu. Sedangkan pembelajaran konsep mencakup pembelajaran satu
respon terhadap dua atau lebih stimulus, jadi rasio antara stimulus dengan
respon bukan satu-satu, tapi satu lawan banyak. Umpamanya dalam seting sekolah
dasar anak diajarkan konsep warna putih. Anak diberikan warna putih dari sebuah
objek seperti kertas putih dan dikatakan bahwa warna kertas adalah putih.
Kemudian anak tersebut diminta mengulangi respon yang sama “putih” pada
lembaran-lembaran lain yang juga berwarna putih.
Untuk meyakinkan apakah konsep telah terbentuk perlu diperhatikan
dua faktor: pertama, seseorang harus memberikan contoh objek tambahan
untuk melihat apakah konsep tersebut telah dikelompokkan secara benar. Kedua,
seseorang harus
memberikan yang bukan contoh (noninstance) atau contoh yang salah untuk
melihat apakah mereka mampu mengeluarkan bagian dari konsep yang telah
terbentuk. Jadi pembelajaran konsep menghendaki si pembelajar melakukan respon
bentuk-bentuk relevan dari konsep tersebut dan tidak menghiraukan bentuk-bentuk
yang tidak relevan di dalam pengelompokkan peristiwa.
C.
Pembelajaran Konsep, Penggeneralisasian dan Pendiskriminasian
Ahli psikologi yang mengangkat pendekatan
asosiatik stimulus respon dalam teori pembelajaran memandang bahwa perilaku
konseptual mencakup proses generalisasi dan diskriminasi. Berdasarkan
pendekatan itu pembelajaran konsep dilihat sebagai gabungan antara diskriminasi
dengan kelompok-kelompok dan generalisasi di dalam kelompok-kelompok tersebut.
Contoh dari
pendekatan ini adalah pada saat guru mengajarkan konsep “lingkaran”, “segitiga”
dan “segi empat”. Anak diperlihatkan berbagai contoh dari benuk-bentuk tersebut
dengan berbagai variasi. Ada yang kecil, ada yang besar, ada yang berwarna dan ada yang tak
berwarna. Seorang anak dapat dikatakan telah mempelajari tiga konsep bentuk
tersebut bila mereka mampu menggeneralisasikan ke dalam contoh-contoh
masing-masing dan mereka mampu membedakan antara kelas-kelas tersebut. Dengan
kata lain mereka mampu mengelompokkan bentuk-bentuk tersebut (segitiga, segiempat
dan lingkaran) tanpa memperhatikan warna dan ukuran dan hal lain yang tidak
relevan. Begitu juga dengan sesuatu yang tidak memiliki elemen atau dimensi
fisik yang jelas. Kita akan mengatakan bahwa sesuatu termasuk ke dalam kategori
konsep tertentu karena kita mempunyai respon yang sama terhadap elemennya.
D.
Kajian Tentang Pembelajaran Konsep
Meskipun kajian pembelajaran
konsep telah digambarkan secara umum,dan bisa dipahami dengan memeriksa
beberapa penelitian dari pembelajaran konsep. Pada bagian ini secara singkat
akan menggambarkan fitur utama dari setiap percobaan pembelajaran konsep.
Beberapa fitur dapat diilustrasikan sebagai berikut:
1.
Fitur
tugas pembelajaran konsep
Seperti dalam tugas pembelajaran lain, kajian tentang pembelajaran
konsep mencakup stimulus, respon dan feedback. Stimulus terdiri dari dua bentuk
yaitu positif (eksemplar) dan negatif (noneksemplar) yang disajikan kepada
subjek. Dan terdiri dari dimensi yang bervariasi yang terdiri dari satu atau
lebih konsep yang relevan sedanngkan yang lain tidak relevan. Kemudian respon
adalah kategori yang digunakan dalam kasus yang cukup sederhana. Penelitian
yang dilakukan dapat menginstruksikan subjek untuk memberikan nama kategori
atau subjek yang mungkin hanya mengatkan “iya” atau “tidak” sewaktu dihadapkan
dengan contoh.
2.
Paradigma
Dasar
Para psikolog telah mengadopsi dua prosedur dalam penyelidikan
tentang perilaku konseptual. Pertama, menggunakan resepsi paradigma
dimana rangsangan disajikan dalam beberapa urutan acak atau yang telah
ditentukan oleh penelitian dan upaya subjek untuk mengklasifikasikan setiap
stimulus ketika disajikan. Jika hanya satu konsep yang sedang dipelajari, maka
klasifikasi dari masing-masing subjek sebagai contoh yang positif dan negatif
dari konsep tersebut.
Kedua, prosedur kedua
ini dikenal sebagai paradigma seleksi. Sesuai namanya, subjek memilih
rangsangan satu persatu dari satu set stimulus yang ditempatkan pada mereka. Subjek
diberikan seluruh ransangan pada awal percobaan dan dengan demikian mereka
memilih stimulus setelah percobaan dilakukan dimana mereka akan mendapatkan
umpan bailk. Keuntungan yang jelas dari pemilihan paradigma ini adalah
seseorang dapat memperoleh informasi bagaimana subjek memecahkan masalah.
3.
Atribut
dan Aturan
Konsep atribut ada dua yaitu fitur dan aturan. Sebagaimana yang
diketahui bahwa suatu konsep memiliki atribut yang merupakan suatu fitur atau
karakteristik dari rangsangan yang masih relevan dengan konsep. Misalkan konsep
“mahasiswa” mengacu pada seseorang yang terlibat dalam penelitian, baik secara
formal dalam arti yang terdaftar dalam program kerja maupun informal dalam arti
kegiatan mandiri dalam belajar. Apakah orang tersebut tinggi atau pendek, muda
atau tua, atau memiliki rambut panjang atau pendek adalah atribut yang tidak
relevan dengan konsep tersebut. Yang penting adalah bahwa dalam konsep belajar
adalah fokus pada atribut yang relevan dan mengabaikan fitur yang tidak
relevan.
4.
Klasifikasi
aturan konseptual
Sebuah aturan sederhana konseptual mendefinisikan konsep hanya
dengan sebuah atribut. Jika objek memiliki atribut sederhana maka itu yang
disebut dengan konsep, objek ini kemudian contoh dari aturan. Sebagai contoh,
atribut yang benar adalah kemerahan, maka semua objek terlepas dari ukuran atau
bentuk yang diklasifikasikan sebagai contoh konsep.
Tipe lain dari aturan konseptual adalah aturan disjungsi. Fitur
penting dari aturan ini adalah disjungsi atau hubungan. Kita dapat embedakan
antara aturan penghubung dan aturan yang memisahkan dengan menggunakan contoh.
E.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Konsep Belajar
Ada beberapa faktor penting yang mempengaruhi pembelajaran konsep.
Secara umum, faktor ini dapat diklasifikasikan menjadi dua ketegori yaitu:
variabel tugas dan variabel pembelajar. Yang termasuk pada variabel tugas
adalah contoh negatif dan positif, atribut yang relevan dan tidak relevan, arti
penting stimulus dan keabstrakan, umpan baik dan gaktor temporal, peraturan
konsep. Adapun contoh dari variabel pembelajar adalah memori dan kecerdasan.
1.
Contoh
positif dan negatif
Masalah ini berfokus pada sifat dari contoh sebagai faktor dalam
belajar konsep. Secara fakta setidaknya
masyarakat kebih terbiasa berurusan dengan kasus positif dan oleh karena itu
lebih mungkin untuk mempelajari konsep-konsep yang positif lebih cepat daripada
kasus negatif.
2.
Atribut
relevan dan yang tidak relevan
Dalam setiap belajar konsep jumlah atribut yang tidak relevan dapat
ditingkatkan, yang berarti bahwa proporsi atribut yang relevan akan menurun.
Semakin besar jumlah atribut tidak relevan dalam konseptual tugas maka tugas
itu akan semakin sulit. Dapat dipahami bahwa semakin banyak jumlah atribut
tidak relevan membuat lebih sulit bg pembelajar untuk menemukan atribut yang
relevan yang berhubungan dengan respon yang benar. Kedua, jumlah atribut yang
relevan dapat ditingkatkan sehingga meningkatkan proporsi relatif dari isyarat
yang benar.
3.
Arti
penting stimulus dan keabstrakan-kekonkretan
Arti penting atau kekhasan isyarat yang relevan menentukan sebagian
konsep belajar. Anak-anak cendrung untuk belajar konsep warna yang lebih mudah
daripada konsep bentuk yang abstrak, tentu saja ada hubungan perbedaan dalam
pengalaman sebelumnya dengan dimensi-dimensi yang ada.
4.
Umpan
balik dan faktor temporal
Umpan balik adalah untuk menunjukkan apakah respon benar atau tidak
menyediakan pembelajar dengan informasi tentang kebenaran dari tanggapannya.
Terlebih lagi umpan baik dapat berfungsi untuk membimbing tanggapan selanjutnya
dalam tugas-tugas konseptual. Pada tingkat lain umpan balik ini berfungsi untuk
menyediakan informasi pembelajar baik ang sehubungan dengan hipotesis yang
benar atau salah.
5.
Aturan
konseptual
Aturan konseptual adalah cara dimana atribut itu digabungkan.
Aturan konseptual juga menentukan sesuatu yang berkaitan dengan tugas
konseptual yang dipelajari. Hal ini hanya untuk mengatakan bahwa ada beberapa
aturan dasar konseptual dan semuanya berbeda pada saat belajar. Pada tingkat
yang sederhana konsep yang ada menegaskan keberadaan sebuah atribut sehingga
sesuai dengan aturan konseptual dan membuat ini mudah untuk dipelajari.
6.
Memori
dan intelegensi
Pembelajaran konseptual tidak hanya bergantung pada karakteristik
tugas tetapi pada karakteristik dari peserta didik juga. Tapi memori dan
kecerdasan individu merupakan perbedaan dari variabel-variabel yang diketahui
mempengaruhi kasus dalam belajar konsep.
Kemudian pada hal yang sama inteligensi merupakan salah satu faktor
penting dalam belajar konsep. Anak-anak yang lebih cerdas dapat membangun
keterampilan dan hipotesa yang lebih besar juga dalam menggunakan respon
mediasi verbal.
F.
Teori Belajar Konsep
Ada beberapa teori dari belajar konsep diantaranya adalah sebagai
berikut:
1.
Teori
asosiasi S-R
Secara umum teori asosiasi S-R dalam pembelajaran konseptual
menganggap prosesnya sama dengan kasus dari belajar diskriminasi. Sebagaimana
yang diketahui fitur tertentu dari pendekatan ini adalah pembelajaran konsep,
generalisasi, dan diskriminasi. Sebuah konseptual dipandang sebagai serangkaian
contoh dari fitur atribut yang relevan dan tidak relevan. Pembelajar harus
merespon pada setiap percobaan, kadang-kadang menjadi benar dan kadang-kadang
menjadi salah. Setiap tanggapan positif maka diberikan umpan balik. Teori SR
berpendapat bahwa kekuatan asosiasi antara dimensi yang relevan dan respon yang
benar adalah sangat kuat sehingga beberapa titik dikatakan bahwa pesan dapat
diterima dan telah memperoleh konsep. Ada dua teori yang termasuk kedalam teori
asosiasi S-R yaitu:
a.
Teori mediasi S-R
Teori ini berasusmsi bahwa belajar konsep berkembang karena adanya
mediasi respon yang dibuat untuk stimulus. Mediasi respon dapat dicirikan
dengan beberapa cara. Ia sering dianggap sebagai respon verbal atau semacam
label verbal yang diberikan bagi kepentingan stimulus. Atau bisa juga dianggap
sebagai respon presepsi.
b.
Pergeseran
solusi dan teori mediasi
Ada dua tipe mendasar yang digunakan dalam pergeseran solusi dalam
pembelajaran konsep. Yang pertama disebut dengan pergeseran pembalikan atau
intradimensional, subjek awalnya belajar tentang solusi tertentu terhadap suatu
masalah dan kemudian harus belajar mencari solusi yang berlawanan terhadap
beberapa rangsangan. Yang kedua disebut dengan pergeseran yang tidak pembelikan
atau extradimensional. Pergeseran ini berbeda dengan pergeseran
intradimensional yang mana extradimensional ini membawa atau terkait dengan
dimensi-dimensi yang relevan.
2.
Teori pengujian hipotesis
Teori pengujian hipotesis dalam konsep pembelajaran menekankan
manusia lebih aktif dalam tugas dalam artian bahwa manusia secara aktif memilih
dan menguji kemungkinan dari solusi yang ada. Teori ini menekankan pentingnya
pemilihan hipotesis, karakter pengambilan keputusan dari tugas dan karena itu
dalam teori ini teori kognitif ikut terlibat. Pendekatan umum dari teori
pengujian hipotesis adalah untuk mengembangkan suatu teori dengan sepearangkat
asumsi yang tegas mengenai bagaimana manusia mampu menemukan konsep-konsep. Ada beberapa tipe strategi yang digunakan dalam tugas-tugas pembelajaran
konseptual yaitu:
a.
Fokus
konservatif, yang terdiri dari pertimbangan kasus dimana subjek baru saja menceritakan
sebuah persegi merah yang berukuran besar dan ini adalah contoh positif dari
konsep yang ditemukan. Fokus konservatif ini mensyaratkan bahwa hipotesis awal
dari subjek mencakup semua atribut dari stimulusnya.
b.
Fokus
gambling, seseorang mengambil kesempatan dan memvariasikan dua atribut atau
lebih pada suatu waktu dalam mencoba mengeluarkan hipotesis. Jika seseorang
sukses dengan strategi tersebut maka pembelajaran dapat berlangsung dengan
cepat.
3.
Teori
pemprosesan informasi
Teori ini mengebangkan dan menekankan pada karakter dalam
pengolahan informasi pembelajaran konsep. Teori ini berasal dari analogi
komputer dan pandangan konsep belajar dalam hal urutan keputusan yang dibuat
oleh pembelajar. Namun inilah yang menjadi salah satu kritik oleh penganut
behavioristik yang dilontarkan oleh Skinner bahwa pikiran manusia itu bukan
sebuah kamus atau ensiklopedi, tempat menyimpan berbagai informasi, tetapi
memiliki keterbatasan-keterbatasan.
G.
Beberapa Prinsip Praktis dalam Pembelajaran Konsep
Ada beberapa prinsip yang mesti diperhatikan dalam pembelajaran
konsep yaitu sebagai berikut:
1.
Pikirkan
contoh konsep baru
Sebuah refleksi dapat mengarahkan seseorang untuk mengenali bahwa
banyak instruksi di kelas mengetahui suatu konsep dengan melalui contoh.
2.
Menggunakan
kedua contoh baik negatif dan positif
Bagian sebelumnya sudah diuraikan bahwa contoh sangat ditekankan
dalam pembelajaran konsep. Dengan hana satu contoh dapat mempermudah untuk
menghubungkan beberapa fitur yang ada pada konsep.
3.
Menyoroti
fitur yang relevan
Dari sudut pandang pengajaran, tugas utamnya adalah untuk menyoroti
atau menekankan fitur yang relevan dengan konsep. Tujuannya adalah untuk
membuat aspe yang relevan itu merupakan bagian terpenting dari suatu konsep.
H.
Kesimpulan
Pada dasarnya manusia mempunyai kapasitas untuk menggeneralisasikan
suatu yang telah mereka pelajari ke dalam situasi baru, yang kemudian membantu
mereka mempelajari konsep. Konsep tersebut memberikan suatu kemantapan kepada
manusia untuk melakukan interaksi dengan lingkungannya. Pembelajaran konsep
memberikan peluang kepada manusia untuk berada di atas keragaman dan
ketidakterbatasan lingkungan dan memperlakukan peristiwa-peristiwa yang
memiliki properti yang sama sebagai suatu kelompok.
Pembelajaran
konsep adalah setiap kegiatan yang mengharuskan seseorang untuk
mengklasifikasikan dua atau lebih peristiwa atau benda ke dalam kelas. Konsep
adalah suatu stimuli yang berbagi dari satu fitur-fitur umum. Pembelajaran
konsep memiliki tiga fitur utama yaiu stimuli, respon dan umpan balik.
0 komentar:
Posting Komentar